NILAI-NILAI
PEDAGOGIK DALAM BUDAYA POKADULU PADA MASYARAKAT MUNA
Oleh; Anwar
A.
Pendahuluan
Pendidikan dan
kebudayaan adalah dua komponen penting yang dapat dijadikan sebagai modal dasar
untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.
Kebudayaan dapat menciptakan model pembelajaran
pendidikan yang menjadi dasar dalam pengembangan kualitas sumber daya
manusia. Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Model pembelajaran Pendidikan Nasional
yang menyatakan bahwa “pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang
sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni”.
Bangsa
Indonesia tekenal di mata dunia karena keberagaman budaya dan tradisi
masyarakatnya yang selalu mengutamakan kebersamaan, kesantunan dan ketakwaan
kepada Tuhan YangMaha Esa, salah satunya adalah budaya gotong royong yang
sangat kental dengan kebiasaan masyarakat Indonesia sehari-hari baik di desa
maupun perkotaan. Seluruh daerah di Indonesia memiliki tradisi kerjasama dan
gotong royong dalam mengerjakan sesuatu demi kepentingan bersama.
Masyarakat
Mandailing di pulau Sumatera memiliki tradisi marsialapari dalam bergotong royong mengerjakan sawah (Harvina,
2013: 1 ). Gugur gunung dilakukan
masyarakat Gunung Kidul Yogyakarta tanpa mengharapkan imbalan, subak dilaksanakan masyarakat Bali dalam
proses pengairan dan pengerjaan sawah (Harahap, 2011: 1). Etnis Tolaki Sulawesi
Tenggara mengenal medulu sebagai
suatu kebersamaan yang bersifat kekeluargaan, juga yang dilaksanakan dalam
berbagai bidang kegiatan, seperti
pertanian yaitu mengolah sawah, berladang, dan membangun rumah dan pokadulu dilakukan masyarakat Muna Sulawesi Tenggara
dalam bergotong royong menyelesaikan pekerjaan pada kehidupan sehari–hari,
terutama kegiatan yang menyangkut kepentingan umum. Masyarakat Muna telah
membuktikan betapa manfaat dari pokadulu mampu membentuk karakter yang kuat dalam
kehidupan mereka serta mampu menciptakan generasi yang unggul dengan kualitas
sumber daya manusia yang baik.
Keberagaman budaya tersebut
menjadikan penulis tertarik untuk menerapkan gotong royong tersebut menjadi
sebuah pembelajaran yang berbasis PAIKEM (Pembelajaran
Aktif, Kreatif dan Menyenangkan). Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan
dipilih untuk menerapkan pembelajaran tersebut dengan pertimbangan pembelajaran
tersebut adalah salah satu mata mata pelajaran yang sangat dekat dengan
pembelajaran pokadulu. Pada usia sekolah dasar kegiatan yang
dilakukan secara bersama–sama adalah hal menyenangkan bagi murid. Di sinilah
peran guru sebagai pendidik dalam mengimplementasikan metode belajar yang
aktif, kreatif sekaligus menyenangkan melalui metode pembelajaran yang efektif.
Pokadulu dipandang perlu untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah sebagai salah satu alternatif
pemecahan masalah dalam pembelajaran sekaligus memperkenalkan kepada murid akan
nilai-nilai kearifan lokal daerah setempat
(Rahcmand, 2016).
Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan membahas aspek budaya
terintegrasi dengan seni. Pendidikan
Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan
dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik. Pembelajaran
ini terletak pada pemberian pengalaman estetika dalam bentuk kegiatan
berekspresi/kreasi dan berapresiasi. Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan
bersifat multilingual, multidemensional dan multikultural. Multilingual
bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan
berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai
perpaduannya. Multidemensional bermakna pengembangan beragam kompetensi
meliputi konsepsi pengetahuan, pemahaman, analisis dan evaluasi. Apresiasi dan kreasi dengan cara memadukan
secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika dan etika. Sifat
multikultural mengandung makna pembelajaran seni menumbuh kembangkan kesadaran
dan kemampuan apresiasi terhadap beragam seni budaya nusantara dan mancanegara (Desyandri, 2008: 1).
Hal ini merupakan wujud pembentukan
sikap demokratis dan cara yang diyakini akan mampu meningkatkan potensi sumber
daya manusia secara utuh bagi perserta didik dengan kurikulum berbasis
kompetensi di sekolah, dengan upaya dilakukan secara berkesinambungan, dimulai
dari konsep, pengembangan pedoman, dan penerapan kurikulum.
Inilah yang melatar belakangi pentingnya
keberadaan Seni Budaya dan Keterampilan sebagai salah satu mata mata pelajaran
yang wajib diajarkan di Sekolah Dasar. Tetapi pada kenyataannya masih banyak
hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan tersebut.
Salah satunya adalah variasi dalam kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru
belum menerapkan strategi pembelajaran yang efektif, sehingga belum mampu
menarik perhatian murid dan belum dapat menciptakan pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik anak Sekolah Dasar, yakni anak yang suka bermain, senang
bergerak, melakukan sesuatu (berkarya) secara langsung dan bekerja dalam
kelompok (Sumantri, 2005: 6). Guru cenderung melaksanakan kegiatan
pembelajaran konvensional. Murid lebih
banyak mencatat, dan mendengarkan ceramah materi dari guru, tanpa diimbangi
variasi pembelajaran yang menarik bagi murid. Adanya hambatan semacam inilah
yang mengakibatkan murid kurang aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran,
murid tidak dapat fokus pada materi yang diajarkan dan rasa bosan untuk belajar
semakin meningkat, sehingga aktivitas dan hasil belajar
murid pun kurang baik (Rahcmand, 2016).
Oleh karena itu perlu adanya
perbaikan dalam proses pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan yang dapat
melibatkan murid secara aktif, menciptakan kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan serta melihat secara langsung bagaimana aktivitas murid dalam
berinteraksi dan menciptakan suatu karya seni sehingga hasil belajar yang
diharapkan dapat meningkat. Dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan aktivitas dan hasil belajar murid sangat
ditentukan oleh kreativitas murid itu sendiri. Guru sendiri memegang peranan yang penting untuk
mewujudkan tujuan pembelajaran (Rahcmand, 2016).
Didasari oleh kepedulian dan
ketertarikan akan nilai-nilai kearifan lokal, maka peneliti yang juga sebagai
guru kelas pada kelas IV Sekolah Dasar Negeri 08 Tongkuno, Kabupaten Muna
menerpkan pembelajaran pokadulu pada empat komponen materi pokok dalam
pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan yang ada di tingkatan Sekolah Dasar
yakni seni rupa, seni musik, seni tari dan keterampilan. Pada penerapannya
murid akan berinteraksi secara langsung satu sama lain dan nilai-nilai sosial
pembentukan karakter akan ikut serta sejalan dengan pelaksanaan pembelajaran.
Dengan menerapkan pembelajaran pokadulu diharapkan
keseluruhan aktivitas murid akan terealisasi bersama dengan keseluruhan
aktivitas murid dalam keempat bahasan
pokok materi mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (Rahcmand, 2016).
Tujuan
Penelitian
|
||
Meningkatkan
keefektivan mengajar
guru pada murid kelas IV Sekolah Dasar Negeri
08 Tongkuno
melalui pembelajaran pokadulu pada
mata pelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan
|
||
Meningkatkan
aktivitas belajar murid kelas IV Sekolah Dasar Negeri 08 Tongkuno melalui
pembelajaran pokadulu pada mata
pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan
|
||
Meningkatkan
hasil belajar murid kelas IV Sekolah Dasar Negeri 08 Tongkuno melalui
pembelajaran pokadulu pada mata
pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan
|
||
B.
Fokadulu sebagai
Kearifan Lokal
Kearifan lokal terdiri dari dua kata
yaitu kearifan (wisdom), dan lokal (local). Secara umum maka local
wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat
(local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang
tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya (Sibarani, 2012: 109).
Sartini (2006: 111) menyatakan bahwa
kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun
kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa
lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Gobyah (dalam
Sartini, 2006: 212) menyebutkan bahwa meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang
terkandung di dalamnya dianggap sangat universal. Fungsi kearifan lokal
yakni; (1) berfungsi untuk konservasi
dan pelestarian sumber daya alam; (2) berfungsi untuk pengembangan sumber daya
manusia; (3) berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan; (4)
berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan; (5) bermakna
sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat; (6) bermakna sosial,
misalnya pada upacara daur pertanian;
(7) Bermakna etika dan moral; (8)
bermakna politik, misalnya upacara nangluk mrana pada masyarakat Bali dan kekuasaan patron client.
Dengan
demikian, kearifan lokal (local wisdom)
dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan dan pengetahuan setempat yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik dan berbudi luhur yang dimilki dan
dipedomani, dan dilaksanakan oleh anggota masyarakatnya.
C.
Hakikat Pokadulu
Masyarakat Muna mengenal istilah gotong
royong dengan nama pokadulu. Kegiatan
ini digunakan sebagai sarana untuk bersosialisasi dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam kamus Muna-Indonesia pokadulu
berasal dari kata kadulu yang berarti membantu dalam
pekerjaan, sedangkan pokadulu sendiri berarti gotong royong atau kerja
sama dengan cara saling membalas bantuan ataupun jasa yang telah diterima
(Berg, 2000: 77). Dalam kegiatan kemasyarakatan khususnya dalam bidang
pertanian, La Niampe, (2013: 127)
menyatakan bahwa konsep pokadulu
ini dimaksudkan, agar dalam setiap pekerjaan yang dilakukan tidak
dirasa berat.
Pokadulu
dilaksanakan
dalam kegiatan tolong-menolong. Misalnya kegiatan tolong-menolong antara
sekelompok orang untuk mengerjakan pekerjaan seseorang, contohnya dalam
kegiatan pertanian seperti yang dijelaskan oleh La Niampe (2013: 124), misalnya
kegiatan perladangan berpindah seperti dewei (membabat rumput), dekatondo (memagar), detisa (menanam), detunggu (menjaga kebun), sampai
dengan detongka (memanen). Dalam
kegiatan sosial lainnya misalnya kegiatan membangun rumah, dan kegiatan
membangun bantea (tenda) untuk pesta perkawinan, pembuatan jalan desa,
tanggul desa, dan jembatan, serta secara spontan yang dianggap kewajiban
sebagai anggota masyarakat, misalnya pertolongan yang diberikan pada keluarga
yang mengalami kedukaan dan musibah lainnya (Rahcmand, 2016).
Pokadulu
selain dilakukan dengan sukarela, kegiatan ini
juga dilakukan dalam pekerjaan yang mendapatkan upah (deala gadhi). Misalnya sekelompok warga yang bekerja membabat
rumput/membersihkan pada suatu ladang. Masing-masing anggota kelompok telah
mendapat bagian atau area yang akan dibersihkan, namun untuk memudahkan dan
mempercepat pekerjaan mereka, maka secara pokadulu
mereka akan menyelesaikan satu persatu area kerja setiap anggota kelompok
tersebut. Dan semua anggota kelompok berkewajiban membalas bantuan yang telah
diterima (Rahcmand, 2016).
Kegiatan pokadulu masih tetap dipertahankan oleh ethnik Muna di manapun mereka berada. Baik itu di wilayah pedesaan
maupun di wilayah perkotaan. Salah satu kegiatan yang tetap dipertahankan pada
masyarakat tersebut adalah membentuk paguyuban masyarakat yang di dalamnya
melibatkan praktek pokadulu, yakni
mengadakan benda/barang dalam jumlah besar yang sumber dananya diambil dari anggota paguyuban tersebut secara sukarela dan
digunakan secara bergiliran bagi anggota paguyuban itu sendiri yang akan
menyelenggarakan hajatan tanpa menarik iuran karena hal tersebut adalah milik
bersama dan digunakan untuk kepentingan bersama yang tujuannya adalah untuk
meringankan beban dari anggota paguyuban yang ingin menyelengarakan hajatan.
Masyarakat Muna menjadikan pokadulu tidak hanya sebagai istilah dalam kegiatan
bergotong royong, tetapi menjadikan pokadulu sebagai istilah dengan makna yang lebih
luas. Semangat pokadulu bahkan
dijadikan sebagai motivasi dalam berkarya dan berinovasi. Dalam bidang politik
misalnya, kata pokadulu dijadikan
jargon atau slogan untuk melakukan kampanye politik. Pokadulu sarat dengan
nilai-nilai pengembangan karakter bangsa yakni: religius, jujur, toleransi, kreatif, demokratis, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli lingkungan, peduli sosial,
dan tanggung jawab (Rahcmand, 2016).
Kegiatan
pokadulu dalam proses pembelajaran di
sekolah sering dilaksanakan oleh guru dan murid, terutama dalam beberapa
pembelajaran yang membutuhkan aktivitas bersama-sama. Salah satu pembelajaran
yang konsep pokadulu dekat dengan proses pembelajaran yang ada di
dalamnya adalah Seni Budaya dan
Keterampilan. Dengan menerapkan konsep pokadulu
diharapkan aktivitas dan hasil
belajar murid akan lebih meningkat, karena dalam kegiatan pokadulu murid sekaligus dapat mengembangkan aspek kognitif yakni
pengetahuan atau ingatan pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi, aspek
afektif yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian organisasi dan
internalisasi serta aspek psikomotorik yakni gerakan reflek, dan gerakan
ekspresif dan interpretatif. Hal lain yang juga penting adalah dengan
pembelajaran pokadulu , murid akan
lebih mengenal dan mencintai budaya daerahnya sendiri. Karena saat ini
nilai-nilai kearifan lokal sudah mulai bergeser dan implementasinya berganti
dengan budaya asing yang belum tentu cocok dengan budaya bangsa Indonesia.
D.
Nilai-Nilai
Pedagogik dalam Pokadulu
Pembelajaran
pokadulu adalah suatu teknik belajar
yang mengadopsi nilai-nilai kearifan lokal sebagai dasar dalam menentukan
langkah-langkah pembelajaran. Terinspirasi dari kegiatan masyarakat ethnic Muna Sulawesi Tenggara yang
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan, kepedulian sosial yang tinggi
serta keikhlasan, dan terus menerus dilakukan hingga saat ini sekalipun arus
budaya asing telah masuk ke dalam kehidupan sosial mereka (Rahcmand, 2016).
2.9.1
|
Komponen Pembelajaran Pokadulu
|
Komponen pelaksanaan pembelajaran pokadulu adalah sebagai berikut:
2.9.1.1
|
Poangkatao;
|
Maksud dari poangkatao adalah membiasakan murid untuk melakukan kerjasama dan
memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Bahwa hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain melalui berbagai
pengalaman (sharing). Melalui sharing ini anak dibiasakan untuk saling
memberi dan menerima, saling menghormati, toleransi, saling menyayangi. Sifat
ketergantungan yang positif dikembangkan dalam poangkatao.
2.9.1.2
|
Tubho
|
Tubho
adalah
acuan/ patrol yang dapat dilakukan setelah melewati proses belajar. Tubho dapat ditiru oleh murid dalam hal
ini guru bukan satu-satunya sumber dalam belajar. Tubho dapat dirancang dengan melibatkan murid. Tubho yang dapat diamati atau ditiru murid digolongkan menjadi; (1)
kehidupan yang nyata (real life), misalnya orang tua, guru, atau orang
lain; (2) simbolik (symbolic), tubho
yang dipresentasikan secara lisan, tertulis atau dalam bentuk gambar; (3)
representasi (representation), tubho
yang dipresentasikan dengan menggunakan alat-alat audiovisual, misalnya
televisi dan radio.
2.9.2.3
|
Fekiri lalo
|
Fekiri
lalo memungkinkan
cara berpikir tentang apa yang telah murid pelajari dan untuk membantu murid
menggambarkan makna personal murid sendiri. Di dalam fekiri lalo murid menelaah suatu kejadian, kegiatan, dan pengalaman
serta berpikir tentang apa yang murid pelajari, bagaimana merasakan, dan
bagaimana murid menggunakan pengetahuan baru tersebut. Fekiri lalo bisa terjadi melalui
diskusi, atau merupakan kegiatan kreatif seperti menulis puisi atau membuat
karya seni. Realisasi Fekiri lalo dapat diterapkan, misalnya pada akhir pembelajaran
guru menyisakan waktu sejenak agar murid melakukan refleksi. Hal ini dapat
berupa: (1) pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperoleh
murid hari ini; (2) catatan atau jurnal pada
buku murid;
(3) kesan dan saran murid mengenai pembelajaran hari ini;
(4) diskusi;
(5) hasil karya.
2.9.2.4
|
Kafolaenga
|
Tahapan terakhir dalam proses
pembelajaran pokadulu adalah kafolaenga atau penilaian. Kafolaenga dalam pembelajaran memiliki
fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan
hasil pembelajaran melalui penerapan pokadulu.
Kafolaenga dilakukan dengan
mengumpulkan data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap
pengalaman belajar murid (Rahcmand, 2016). Beberapa
teknik kafolaenga yang dapat
dilakukan antara lain:
2.9.2.4.1
|
De
fotinda
|
Maksud dari de fotinda adalah untuk melakukan pengamatan langsung mengenai
tingkah laku murid dalam kegiatan pembelajaran. De Fotinda sangat penting dalam melengkapi data kafolaenga. De fotinda
melalui perencanaan yang matang dapat membantu meningkatkan keterampilan
mengobservasi. Dari kegiatan de fotinda
semacam ini dapat diperoleh gambaran mengenai sikap dan disposisi terhadap
materi pembejaran yang sedang dipelajari. Dalam kegiatan de fotinda, terdapat assesmen
diri, hal ini dimulai dengan memeriksa apakah pekerjaan benar atau salah,
menganalisis strategi yang dilakukan murid lain, dan melihat cara mana yang
paling sesuai dengan pemikirannya.
2.9.2.4.2
|
Pinde
|
Melalui pinde atau tes dapat diperoleh informasi dan petunjuk mengenai
pembelajaran yang telah dan yang harus dilakukan selanjutnya daripada sekedar
menentukan skor (Rahcmand, 2016).
2.9.2
|
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Pokadulu
|
Pembelajaran ini mengadopsi
prinsip-prinsip pokadulu dalam
kegiatan masyarakat yakni:
2.9.2.1
|
Fetapa (Konfirmasi)
|
Dalam sebuah kegiatan yang akan
dilaksankan dalam masyarakat diawali dengan diskusi terlebih dahulu. Diskusi
diawali dengan salah seorang atau lebih anggota masyarakat mengunjungi anggota
masyarakat lainnya untuk menyampaikan pendapat atau keinginan mengenai tugas
yang akan diselesaikan. Keinginan tersebut adalah menyelesaikan terlebih dahulu
tugas salah seorang anggota masyarakat atau sesuai kesepakatan bersama,
kemudian menyelesaikan tugas anggota masyarakat lainnya secara bersama-sama.
Dalam pembelajaran pokadulu diartikan sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur
dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri. Guru
akan menetukan beberapa murid untuk ditempatkan pada kelompok kecil. Kemudian
guru akan kembali membentuk sub kelompok kecil dalam sebuah kelompok belajar
tersebut. Hal ini berlaku pada semua pembelajaran dan disesuaikan dengan
kondisi dan situasi pembelajaran berlangsung. Keanggotaan kelompok terdiri dari
murid yang berbeda (heterogen) baik
dalam kemampuan akademik, jenis kelamin dan etnis, latar belakang sosial dan
ekonomi.
2.9.2.2
|
Mafaka (kesepakatan)
|
Pelaksanaan kegiatan dilakukan setelah
adanya kesepakatan dari seluruh anggota masyarakat yang akan melakukan sebuah
kegiatan. Dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut disepakati bahwa tugas atau pekerjaan seluruh anggota masyarakat harus
terlaksana, dilaksanakan sepenuhnya dengan adil dan tepat waktu. Agar kegiatan
tersebut menjadi lebih terarah, maka disepakati pula salah seorang anggota
masyarakat tersebut yang dituakan atau dianggap memiliki kemampuan lebih dari
anggota lainnya untuk memimpin dan mengontrol seluruh kegiatan yang akan
dilaksanakan tersebut.
Dalam pengorganisasian pembelajaran pokadulu seorang murid dipilih menjadi leader dan sisanya menjadi anggota.
Murid yang menjadi leader memastikan
anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan oleh
guru, tetapi juga untuk membantu teman dalam satu kelompoknya, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar. Leader dipilih
dari murid dengan kemampuan tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu
yang lainnya dengan kemampuan akademis kurang.
Pembelajaran pokadulu bertujuan untuk membantu murid dalam belajar, menghindari
sikap persaingan dan rasa individualitas murid, khususnya bagi murid yang
memiliki hasil belajar rendah dan tinggi. Pembelajaran pokadulu secara nyata dapat meningkatkan pengembangan sikap sosial
dan belajar murid dari teman sekelompoknya dalam berbagai sikap positif. Dengan
demikian pembelajaran pokadulu dapat
meningkatkan sikap sosial positif, keterampilan dan kemampuan kognitif yang
sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional.
2.9.2.2.3
|
Pokaowa
|
Setelah mencapi mafaka atau mufakat, maka dilaksanakanlah kegiatan yang telah
disepakati tersebut. Pokaowa sendiri
adalah selalu bersama-sama. Tugas/ kegiatan seluruh anggota kelompok harus
diselesaikan secara bersama-sama secara adil, dan ketua kelompok
memastikan tugas dari seluruh anggota
kelompok terselesaikan secara merata (Rahcmand, 2016). Setelah
seluruh tugas/ kegiatan terselesaikan sebelum meninggalkan lokasi kegiatan maka
masing-masing anggota masyarakat tersebut akan meninjau kembali, memastikan
bahwa seluruh tugas/ kegiatan tak ada yang terlewati atau dilupakan. Biasanya
dilakukan secara menyilang. Dalam hal ini masing-masing anggota kelompok
memeriksa tugas/ kegiatan anggota kelompok lainnya kemudian hasilnya akan
disampaikan dihadapan seluruh anggota kelompok untuk ditanggapi oleh seluruh
anggota kelompok tersebut.
Pelaksanaan pembelajaran pokadulu melaksanakan prinsip pokadulu itu sendiri, yaitu setiap
anggota kelompok berkewajiban membalas bantuan atau jasa dan kerjasama yang telah diterima.
Selanjutnya dalam kegiatan pembelajaran, leader
akan membagi tugas kepada masing anggota kelompok untuk menyelesaikan soal/
tugas yang diterima. Kemudian soal/ tugas tersebut diperiksa dan diberikan
masukan kembali oleh anggota kelompok lainnya yang mendapat bagian yang sama
sebelum tugas tersebut dipersentasekan atau dikumpul pada guru (Rahcmand, 2016).
Konsep dari pembelajaran pokadulu
adalah tutor sebaya, dimana
murid bekerja dalam kelompok kecil dan mendapat penghargaan atas hasil
kerja/karya mereka di dalam kelompok. Metode tutor sebaya adalah suatu metode
pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberdayakan murid yang memiliki daya
serap yang tinggi dari kelompok murid itu sendiri untuk menjadi tutor bagi
teman-temannya, dimana murid yang menjadi tutor bertugas untuk memberikan
materi belajar dan latihan kepada teman-temannya yang belum paham terhadap
materi/ latihan yang diberikan guru dengan dilandasi aturan yang telah
disepakati bersama dalam kelompok tersebut, sehingga akan terbangun suasana
belajar kelompok yang bersifat kooperatif bukan kompetitif (Arjanggi, 2010:
94). Dalam hal ini diharapkan seluruh murid akan aktif dan gembira selama
proses pembelajaran berlangsung.
Dengan mencermati pola hidup masyarakat
setempat dalam berinteraksi sosial maka prinsip dasar dalam pembelajaran pokadulu
dirumuskan sebagai berikut: (1) dalam kegiatan pokadulu murid haruslah
beranggapan bahwa mereka adalah sebuah tim layaknya dalam kegiatan permainan;
(2) murid memiliki tanggung jawab bersama atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya, seperti milik mereka sendiri; (3) murid berkewajiban untuk membalas
bantuan yang telah diterima sebagai konsekuensi dalam pokadulu; (4) murid haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama; (5) murid yang mendapat tugas sebagai leader haruslah membagi tugas dan
tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya dan memastikan seluruh
kebutuhan anggota kelompok telah terpenuhi; (6) murid akan dikenakan evaluasi
dan akan diberikan hadiah atau penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua
anggota kelompok; (7) murid akan diminta mempertanggung jawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok pokadulu; (9) selama
proses pembelajaran berlangsung haruslah “Poguru
noremeane lalo” (belajar dengan hati
yang tentram). Istilah tersebut relevan dengan PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan) (Rahcmand, 2016).
2.9.3
|
TujuanPembelajaranPokadulu
|
Pembelajaran pokadulu memiliki tiga tujuan, yaitu:
2.9.3.1
|
Hasil belajar akademik,
|
Keberhasilan kelompok sangat tergantung
pada usaha setiap anggotanya.. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif,
guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok
harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan
mereka. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan kepada kelompoknya.
Setiap kelompok harus diberikan
kesempatan untuk saling berinteraksi melalui diskusi. Kegiatan interaksi ini
akan memberikan kesempatan pada murid untuk membentuk sinergi yang
menguntungkan bagi semua anggota. Hasil pemikiran beberapa anggota akan lebih
kaya daripada hasil pemikiran dari satu anggota saja. Lebih jauh lagi, hasil
kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota.
Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan
mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok mempunyai latar
belakang pengalaman, keluarga, dan sosial ekonomi yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya
antar anggota kelompok. Sinergi tidak bisa didapatkan begitu saja dalam
sekejap, tapi merupakan proses kelompok yang cukup panjang. Para anggota
kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu Sama
lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.
Hal lainnya yang juga dibutuhkan adalah
kejujuran dari masing-masing anggota kelompok dalam bekerjasama, aktif dalam
bekerja agar tugas yang diberikan dapat diselesaikan dengan tepat waktu, setiap
anggota kelompok harus dapat berinteraksi satu sama lain dalam
mengkomunikasikan hasil kegiatan. Sebelum menugaskan murid dalam kelompok, guru
perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap murid mempunyai
keahlian mendengarkan, berbicara dan mengkomunikasikan informasi yang telah
diterimanya. Keberhasilan suatu kelompok juga terletak pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan
pendapat mereka. Ada kalanya murid perlu diberitahu secara eksplisit mengenai
cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah
pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Beberapa
ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus misalnya “Pendapat anda agak berbeda dan unik”. Tolong jelaskan lagi alas an anda
tersebut," akan lebih bijaksana daripada mengatakan, “Pendapat anda aneh dan tidak masuk
akal." Contoh lain tanggapan
"Luar biasa...menarik sekali anda bisa menyampaikan jawaban itu. Tapi
jawabanku sedikit berbeda dari jawaban anda...” akan lebih menghargai orang
lain daripada memberi komentar seperti, "Jawaban anda itu kurang tepat, harusnya begini." Keterampilan
berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang. Guru tidak bisa
diharapkan langsung menjadi komunikator yang handal dalam waktu sekejap. Namun,
proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk
memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional
para murid. Untuk meningkatkan kegiatan belajar murid dalam menyelesaikan
tugas-tugas akademik dan meningkatkan penilaian murid dalam belajar akademik (Rahcmand, 2016).
Penilaian dalam pembelajaran pokadulu adalah pengembangan ranah
kognitif afektif dan psikomotor
2.9.3.1.1
|
Ranah
Kognitif
|
Untuk mengukur keberhasilan suatu proses
pembelajaran maka dibutuhkan sebuah evaluasi yang akan menentukan apakah proses
pembelajaran yang telah berlangsung telah meningkatkan hasil belajar seperti
yang diinginkan ataukah belum tercapai. Tujuan penilaian kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir
yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat
sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut murid untuk
menggabungkan dan menghubungkan beberapa ide, gagasan, metode ataupun prosedur
yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam pembelajaran pokadulu, penilaian kognitif terdiri
dari dua kategori yakni penilan tertulis dan penilaian unjuk kerja. Dalam hal
ini hasil karya murid haruslah memenuhi standar penilaian yang telah ditentukan
sebelum proses pembelajaran dimulai.
Sebelum pembelajaran berlangsung guru
harus menentukan terlebih dahulu tugas ataupun evaluasi yang akan dilaksanakan,
guru dan murid haruslah membuat kesepakatan bersama agar dalam pelaksanaan
evaluasi baik itu tertulis maupun praktek dapat berlangsung dalam suasana yang
menyenangkan.
2.9.3.1.2
|
Ranah Afektif
|
Dalam pembelajaran pokadulu terangkum
menjadi: (1) tanya jawab), (2) kejujuran, (3) kerjasama
2.9.3.1.3
|
Ranah Psikomotor
|
Cara menilai hasil belajar psikomotor
dijelaskan oleh Leighbody (1968), bahwa penilaian hasil belajar psikomotor
mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan
menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urutan-urutan pekerjaan, (3) kecepatan
mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan atau symbol (5) keserasian
bentuk dengan yang diharapkan dana atau ukuran yang telah ditentukan.
Pembelajaran pokadulu dalam penilaian aspek psikomotor akan menekankan pada
aspek-aspek yang mencakup: (1) ketelitian, (2) keterampilan dalam berkarya, (3)
keefektivan dan (4) kreativitas.
(Nurman, 2009: 4)
2.9.3.2
|
Menerima
dan menghargai perbedaan individu
|
Murid diberikan kesempatan untuk bekerja
sama tanpa membedakan kemampuan dan keahlian sehingga tercipta ketergantungan
yang positif satu sama lain dan belajar untuk menghargai pendapat orang lain.
2.9.3.3
|
Pengembangan
keterampilan sosial,
|
Untuk mengajarkan kepada murid
keterampilan bekerja sama dan kolaborasi berguna dalam menumbuhkan kemampuan
kerja sama, berpikir kritis dan membantu teman dalam kegiatan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, 2005, Ideologi Pendidikan
Islam; Paradigma Humanisme Teosentris, Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
Al-Qur’an. 2013. Tajwid Kode Transliterasi
Perkata Terjemahan Per-Kata.
Bekasi; Cipta Bagus Segara.
Allen, G.R.
1995. Rainborryfishes Of Australia And
Papua New Guinea T.F.H, Publication. INC USA.
Anita
Lie,. 2002, Cooperative Learning.
Jakarta; PT. Gramedia Widiasarana.
Anton, M, Mulyono. 2001. Aktivitas Belajar. Bandung; Yrama.
Aqib, Zainal dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD,SLB, TK. Bandung; Yrama
Widya.
Arjanggi,
Ruseno dan Suprihatin Titin. 2010. Metode Pembelajaran Tutor Teman Sebaya
Meningkatkan Hasil Belajar Berdasar Regulasi Diri.Semarang. Makara, Sosial Humaniora.
Aryawan,
Eka I Pt, Syahruddin, dan Agustian, IG A Tri. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran
TPS Berbasis Kearifan Lokal Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa SD. Jurnal Universitas Negeri Malang.
trimanjuniarso.wordpress.com (Diunduh tanggal 22 Januari 2016).
Aunurrahman,
2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung; Alfabeta .
Berg, Den Van Rene dan Sidu La Ode. 2000 Kamus
Muna-Indonesia. Makssar; Intisari.
Dalyono.
M. 1997. Psikologi Pendidikan.
Jakarta; Rineka Cipta.
Depdiknas.
2003. Undang-undang No. 20 Tahun 2003
Tentang System Pendidikan Nasional. www.depdiknas.go.id (Diunduh tanggal 31 November 2015).
Desyandri.
2008. Seni, Budaya dan Keterampilan untuk SD/ MI. Online http://desyandri’s.wordpress.com/seni-budaya-dan-keterampilan-sdmi/
(Diunduh tanggal 12 Desember 2015).
Fathurrohman, Pupuh. M. Sobri Sutikno.
2009. Strategi Belajar
Mengajar.Bandung;
PT Refika Aditama.
Fatirul,
Ahmad Noor. 2012. Cooperative Learning.
Jurnal Universitas Negeri Malang. trimanjuniarso.wordpress.com (diunduh tanggal
30 April 2016).
Gobyah,
I Ketut. 2003. Berpijak Pada Kearifan
local. http://www.balipos.co.id
(diunduh 25 Februari 2016).
Gunawan,
Heri.2012. Pendidikan Karakter Konsep Dan
Implementasi. Bandung. Alfabeta
Hamalik,
O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta; PT.
Bumi Akasara.
Harahap, Batara Fandi, 2011. Modal sosial Gotong Royong. www.
Kompasiana/ batarahrp/ modal-soaial-gotong-royong-5500bb73a333 113072511cb9 (Diunduh
Tanggal 28 Januari 2016)
Iqbal,
Abu Muhammad. 2013. Konsep Pemikiran
Al-Gazali Tentang Pendidikan. Madiun. Jaya Star Nine.
Johnson,
DW, & Johnson, R. 1989. Cooperative
and Competion; Theoru and Research.
Edina,MN; Interaction Book Company.
Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Surabaya. Kartika.
Karim, Nurman. 2009. Pengembangan Perangkat Psikomotor. https://nurmanspd.wordpress.com./2009/09/17/pengembangan-perangkat-penilaian-psikomotor
(diunduh tanggal 25 maret 2016).
Klien,
S.B1. 1996. Principles and Applications,
Third Edition. New York; McGraw-Hill.
Kompas.com. 2016. Sesuai Nilainya Batik Kian Dijaga. Lipsus.kompas.com/fokenara/read/2011/10/02/Sesuai.Nilainya.
Batik.Kian.Dijaga. (Diunduh tanggal 21 April 2016).
Kristanto,
M. 2013. Pendidikan Seni Budaya Dan
Keterampilan Sebagai Pendidikan Karakter. E.Journal.
La Niampe. (2013). Upacara Kaago-Ago dalam Tradisi
Perladangan pada Masyarakat Muna; Kajian
Bentuk, Fungsi dan Makna http://ojs.unud.ac.id/index.php/kajianbali/article/download/16783/11056 (Diunduh Tanggal 15 Januari 2016).
Lie, Anita. 2002,
Cooperative Learning. Jakarta; PT. Gramedia Widiasarana.
Mahmuda, Rizky Lutfiah. 2014. Penjelasan Ranah Kognitif, Afektif, Psikomotor Menurut Para Ahli. rizkymahmuda.blogspot.co.id/2014/09/penjelasan-ranah-kognitifafektif-dan-html
(Diunduh tanggal 14 Februari 2016).
Manthas,
K dan Di Rezze, G. 2011. On Becoming
‘Wide- Awake’ Artful Research and
Co- Creative Process as Teacher Development, 12 (S1 1.4). Canada; Nipissing University. Available at http;
//www.ijea.org/ v.12si1/. [accesed
08/03/12] (Diunduh tanggal 25 Januari 2016).
Maslakhudin, Ahmad. 2013. Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Metode JIGSAW Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Qowa’id Siswa MTS Al Asror
Tahun Ajaran 2010/ 2011. Semarang; Skripsi.
Memes.
2001. Evaluasi Pembelajaran.
Yogyakarta; University Press.
Muharsih, Yuli. 2014. Peningkatan
Aktivitas Pembelajaran Dalam Membuat Karya Benda Konstruksi Dengan Menggunakan
Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD). Universitas Bengkulu; Skripsi.
Musclich
Masnur. 3013. Pendidikan Karakter
Menjawab Tantangan Multidimensional. Jakarta; Bumi Aksara.
Nanang, Martono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif; Analisa Isi Dan Analisa Data
Sekunder. Jakarta; Raja Grafindo Persada.
Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Cooperatif
Learning Di Ruang-Ruang Kelas). Jakarta; Gramedia Widiasarana.
Nurkancana,
W. dan Sumartana. 1996. Evaluasi
Pendidikan. Surabaya; Usaha Nasional.
Rahcmand, Wasree Galuatry. 2016. Pembelajaran
Pokadulu dalam Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan Kelas IV SD Negeri 08 Tongkuno Kabupaten Muna. Kendari: Tesis Magister pada Program
Pascasarjana Universitas Halu Oleo.
Reigeluth. C.M dan Stein, F.S 1983. “The elaboration Theories and Models;
Instructional Design Theories an Models;” An overview of their current
status 335-381. Hillsdale, N.J; Lawrence Erlbaum Associetes.
Riyena,
Cepi. 2015. Komponen-komponen Pembelajaran. File UPI. Direktori.FIP.PDF
Rochman, Natawijaya. 2005. Pengertian aktivitas Belajar. Bumi
Aksara; Jakarta
Sartini,
2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara
Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal Filsafat.
Sartini.
2006. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah kajian Filsafat. http;//filsafat.ugm.ac.id,
(Diunduh tanggal 09 Januari 2016).
Setioko, Wahyu. 2013. Pameran Foto 6 Benua. belajar.indonesiamengajar.org./2013/01/pameran-foto-enam-benua/html
(Diunduh tanggal 30 April 2016).
Sibarani, Robert. 2012. Kearifan Lokal; Hakikat Peran dan Metode
Tradisi Lisan. Jakarta; Asosiasi
Tradisi Lisan (ATL).
Slamento,
2010. Belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta; PT Rineka Cipta.
Slavin,
Robert E. 1995. Cooperative Learning
, Printed in United states of America.
Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung; Sinar Baru
Algensindo.
Sugiyono.
2011. Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kualitatif,Kuantitatif, Dan R&D). Bandung; Alfabeta.
Sukarya, Zakaria, dkk. 2010. Dasar-dasar Seni
Rupa. Jakarta; Dirjen Dikti.
Sulistianingsih,
2016. Tipe-Tipe Model Pembelajaran
Kooperatif Learning. www.academia.edu/9296671/TIPE-TIPE_MODEL_PEMBELAJARAN_
COOPERATIVE_LEARNING (Diunduh tanggal 14 February 2016).
Sumantri MS. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta;
Depdiknas., Dirjen DIKTI.
Supandi. 2009.
Meningkatkan Hasil Belajar Dan Retensi
Siswa Melalui Strategi Pemberian Rangkuman. Malang; https://mopsos.wordpress.com/2009/02/2378(tanggal akses 23 Mei 2016).
Suparman, M. Atwi, dkk. (2001). Konsep
Dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta;
PAU-PPAI Universitas Terbuka.
Suprijono, Agus. 2009.
Cooperative
Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta; Pustaka
Pelajar.
Syaifullah,
Hijrah. Pengertian Belajar Dan
Pembelajaran. (2010) (http://syaifulhijrah.blogspot.co.id/2010/03/pengertian-belajar-dan-pembelajaran_20.html)
(Diakses tanggal 10 November 2015).
Tim
Penyusun KBBI. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai
Pustaka.
Undang-Undang
Reublik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Tanggal
akses 26 Januari 2006).
Usman,
Nurdin (2002) Konteks Implementasi
Berbasis Kurikulum. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.
Usman,
M.U. & Setiawati, L. 2001. Statistika.
Bandung; Remaja Rosdakarya.
Utari,
Retno. 2011. Taksonomi Bloom Apa dan
Bagaimana Menggunakannya? bppk.depkeu.go.id.>attachments.article (diunduh
tanggal 26 Februari 2016).
Wina,
Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses pendidikan. Jakarta; Kencana Prenada Media.
Winarno,
Agung. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Internalisasi Nilai-Nilai Kewirausahaan
Pada Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Malang. Jurnal Ekonomi
Bisnis Tahun NOMOR 2
JULI 2009 ISSN; 0853-7283.
Yenny, Asri. 2015. Pengertian Dan Jenis-jenis Ragam Hias.
Asriyeny15.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-dan-jenis-jenis-ragam-hias.html
(tanggal akses 23 Mei 2016).
Zulfikri. 2008. Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pengajian Al Qur’an Terhadap
Aktifitas Belajar Siswa Kelas 1 Pada Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 1
Pontianak. fikrinatuna. blog.spot. co. id / 2008 _06 _01 _
archive.html (Tanggal akses 01 Februari 20116).
Zulfrida, Vella. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Menggambar Ekspresi Melalui Metode Ekspresi
Bebas Pada Siswa Kelas II SD Negeri 02 Pesucen Kabupaten Pemalang.
E-Journal. Universitas Negeri Semarang
Skripsi.
Zaifbio. 2015. Ranah
Penilaian Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor.
Zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan-psikomotorik
(tanggal akses25 mei 2016)
Saya merasa senang bisa bekerja sama dengan Tn. Pedro selama beberapa tahun sebagai mitra bisnis. Selama Pedro dan tim perusahaan pinjamannya bertugas sebagai Perwakilan Hipotek untuk rumah saya dan juga untuk pembiayaan bisnis saya, dia membantu saya melunasi pinjaman yang sangat membantu saya dalam bisnis saya saat ini. Kami secara konsisten jauh melampaui target kami dan ini hanya dapat dikaitkan dengan kerja keras Tn. Pedro. Saya menghargai kerja keras Anda dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tim Anda karena telah membantu saya dengan pinjaman untuk mengembangkan bisnis saya. Jika Anda mencari pinjaman dalam bentuk apa pun, hubungi Tn. Pedro di...pedroloanss@gmail.com
BalasHapusWhatsapp +393510140339 Tn. Pedro adalah petugas pinjaman yang jujur yang bekerja dengan sejumlah besar investor yang bersedia membiayai proyek apa pun.
Untungnya, seiring berjalannya waktu, hubungan kami tumbuh lebih dari sekadar pekerjaan dan saya masih senang menyebutnya sebagai teman yang dapat dipercaya.