Minggu, 28 Juni 2020

PELESTARIAN SEJARAH DAN BUDAYA DI KABUPATEN KOLAKA UTARA


PELESTARIAN SEJARAH DAN BUDAYA DI KABUPATEN
KOLAKA UTARA
Oleh:
Anwar Hafid

A.    Pendahuluan
Keberagaman kebudayaan daerah merupakan kekayaan dan identitas bangsa yang sangat diperlukan untuk memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia di tengah dinamika perkembangan dunia bahwa untuk memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia, diperlukan langkah strategis berupa upaya Pemajuan Kebudayaan melalui Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam Kebudayaan;
Pasal 30 UU No. 5 tahun 2017 menyatakan bahwa (1) Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah harus melakukan pengembangan objek pemajuan kebudayaan, (2) setiap orang dapat melakukan pengembangan objek pemajuan kebudayaan, (3) pengembangan objek pemajuan kebudayaan dilakukan dengan cara: (a) penyebarluasan, (b) pengkajian, dan (c) pengayaan keberagaman.
Selanjutnya beberapa istilah yang terkait dengan pemajuan kebudayaan diuraikan dalam undang-undang tersebut. Kebudayaan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan cipta, rasa, karsa, dan hasil karya masyarakat. Kebudayaan Nasional Indonesia adalah keseluruhan proses dan hasil interaksi antar-Kebudayaan yang hidup dan berkembang di Indonesia. Pemajuan Kebudayaan adalah upaya meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia melalui Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan.
Pelindungan adalah upaya menJaga keberlanjutan Kebudayaan yang dilakukan dengan cara inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan, penyelamatan, dan publikasi. Pengembangan adalah upaya menghidupkan ekosistem kebudayaan serta meningkatkan, memperkaya, dan menyebarluaskan Kebudayaan. Pemanfaatan adalah upaya pendayagunaan Objek Pemajuan Kebudayaan untuk menguatkan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan dalam mewujudkan tujuan nasional.
Pembinaan adalah upaya pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kebudayaan, lembaga Kebudayaan, dan pranata Kebudayaan dalam meningkatkan dan memperluas peran aktif dan inisiatif masyarakat. Objek Pemajuan Kebudayaan adalah unsur kebudayaan yang menjadi sasaran utama pemajuan kebudayaan.
Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah adalah dokumen yang memuat kondisi faktual dan permasalahan yang dihadapi daerah dalam upaya Pemajuan Kebudayaan beserta usulan penyelesaiannya. Strategi Kebudayaan adalah dokumen tentang arah Pemajuan Kebudayaan yang berlandaskan pada potensi, situasi, dan kondisi Kebudayaan Indonesia untuk mewujudkan tujuan nasional. Setiap Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, orgamsasi masyarakat, dan/atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka nilai-nlai yang terdapat pada budaya Patowonua mengandung nilai persatuan, nilai tenggang rasa, dan nilai menghargai prestasi. Nilai-nilai tersebut dapat dijumpai bersama 18 nlai karakter yang dikembangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dewasa ini. Pelestarian dan pengembangan senia budaya tersebut, menajdi suata keharusan bagi orang tua, tokoh masyarakat, dan guru, yang ada di Kabupaten Kolaka Utara, jika generasi muda di daerah ini diharapkan tidak tercabut dari akar budayanya yang penuh persatuan, kedamaian, dan kretativitas.

B.     Nasionalisme Budaya
Beberapa orang berpendapat bahwa dewasa ini terjadi proses nasionalisme budaya. Makna kata tersebut bahwa semakin kita hidup dalam zaman global dan menjadi saling bergantung secara ekonomi, tetapi kitapun semakin bertindak manusiawi, semakin menegaskan kekhasan kita, semakin ingin mempertahankan bahasa kita, dan berpegang teguh pada akar dan kebudayaan kita. Menurut Dryden dan Vos (2000) walaupun orang Eropa bergabung secara ekonomi, tetapi bangsa Jerman akan semakin Jerman, dan bangsa Perancis semakin Perancis. Kenyataannya, bahwa semakin berkembangnya teknologi, semakin subur pula upaya melestarikan warisan budaya dalam berbagai jenisnya. Dalam komunitas individual yang mengilhami arah baru masyarakat Patowonua, khususnya di antara kelompok-kelompok masyarakat, kita akan melihat prakarsa budaya yang akan berkembang dan peningkatan harga diri yang luar biasa.
Telah disadari banyak pihak bahwa salah satu prinsip manajemen dalam menghadapi polarisasi adalah berpola pada budaya. Para manajer dalam era modern makin memahami pentingnya budaya dalam pengembangan sumber daya manusia. Namun harus diakui bahwa perubahan budaya tidak dihasilkan secara langsung melalui upaya untuk mengubah budaya itu sendiri, tidak pula melalui pelatihan budaya, pencatatan sejumlah nilai dan keyakinan, atau perintah kepada orang lain untuk berbudaya. Suatu hal yang pasti bahwa nilai-nilai budaya harus mampu diinternalisasikan dalam setiap aktivitas sosial masyarakat, sehingga dapat dengan mudah diadopsi oleh anak sebagai peserta didik atau generasi pelanjut yang akan mengembangkan kebudayaan itu baik dalam bentuk invensi maupun melalui proses akulturasi.
Secara sosio-psikologis, budaya masyarakat Patowonua dewasa ini memiliki ciri-ciri umum, yang berpotensi besar sebagai pendorong pembangunan daerah. Ciri-ciri itu, adalah:
1.      Memiliki naluri untuk hidup bertetangga secara baik
2.      Mempunyai keinginan dan sikap kerja sama dalam bentuk gotong royong.
3.      Memiliki sikap kekerabatan yang dicerminkan dalam solidaritas dan tenggang rasa terhadap sesama.
4.      Rukun dalam kehidupan, mau bermusyawarah untuk mencapai kesepakatan.
5.      Memiliki semangat juang, ulet, tahan uji, dan penyabar.
6.      Menghormati orang lain yang memiliki status sosial yang lebih tinggi di masyarakat atau lingkungan kerjanya.
Timbul pertanyaan: apakah ciri-ciri yang diangkat dari budaya Masyarakat Patowonua pada masa transisi 2019 ini dapat digunkan dalam kehidupan modern? Bagaimana cara mentransformasikannya dalam kehidupan Masyarakat Patowonua pada tata pergaulan berbangsa dan pergaulan antar bangsa dalam era global?
Jawabannya bisa dijelaskan dengan mencoba meminjam pada kenyataan hidup masyarakat Cina Perantauan seperti dikatakan oleh Naisbitt (1997) yaitu bekerja keras dan hemat sebagai ciri menonjol dalam diri orang-orang Cina. Mereka bekerja dengan menggantungkan diri pada keberanian, keahlian, dan jiwa wirausaha. Salah seorang Cina Perantauan dari Malaysia Robert Kuok, menyatakan: sebagai anak-anak kami belajar nilai-nilai moral, terutama nilai moral Konfusian. Istilah seperti: integritas bisnis, kehormatan, kata-katamu adalah ikatanmu, sering digunakan oleh orang tua dan mengendap dalam dada generasi muda. Demikian pula moralitas mulut, harus dijaga, yaitu: tidak boleh berbicara buruk mengenai orang lain.
Jika kesamaan ciri budaya Cina tersebut yang ada pada unsur-unsur budaya Patownua dapat diaplikasikan, bukan suatu hal yang naif jika kemajuan masyarakat Patowonua 2030 dapat terwujud, yang pasti bahwa unsur-unsur budaya inovatif telah terintegrasi dalam beberapa budaya 4 Mokole yang ada di Kolaka Utara, yaitu: Orang Rahambuu/Lelewawo melekat jiwa agraris-maritim, Orang Waworuo/Latou melekat jiwa petualangnya, Orang Kodeoha melekat jiwa patriotis dalam mengembangkan budaya, dan Wonua Watunohu melekat jiwa agraris.
Potensi inovatif dari masing-masing komunitas yang ada di Patowonua saat ini, harus dipandang sebagai suatu potensi dan peluang, bukan tantangan dan hambatan pembangunan menuju kesejahteraan Masyarakat Kolaka Utara 2030.
Selain adanya ciri-ciri tersebut, Masyarakat Patowonua di era 2019 dipengruhi pula oleh sifat-sifat atau budaya seperti digambarkan oleh Teori X dan Teori Y. Di antara individu Masyarakat Patowonua dewasa ini, terdapat sikap malas, tidak bertanggung jawab, tidak kreatif, dan hanya bekerja sekedar untuk hidup. Pada sisi lain ciri Teori Y dapat dijumpai seperti bekerja sebagai suatu kesenangan atau permainan (works is a play),  bertanggung jawab, kreatif, dan bekerja tidak hanya untuk mencari kepuasan fisik, melainkan juga sebagai upaya pemenuhan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri (Sudjana, 2000).
Dalam memposisikan budaya Masyarakat Patowonua dewasa ini untuk dijadikan landasan menuju kemajuan, maka tidak berlebihan kiranya melihat teori Z yang muncul menyertai pembangunan ekonomi Jepang. Teori ini dikembangkan oleh William G. Ouchi antara lain menyatakan bahwa orang Jepang terbiasa hidup berdekatan secara harmonis dengan tetangga. Karena itu orang Jepang memiliki kehidupan yang lebih terbuka sehingga sedikit sekali rahasia kehidupan pribadi yang tersembunyi. Budaya inilah yang menjadi faktor penyebab orang Jepang cepat maju, sesuai dengan kemampuan dan peluang masing-masing, dapat bekerja sama dengan orang lain secara harmonis, dan dapat menekan sekecilmungkin terjadinya benturan antar kepentingan masing-masing individu atau kelompok. Sosial budaya masyarakat Jepang memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan pembangunan bangsanya.
Ciri yang dimiliki masyarakat Jepang dapat dijumpai dalam budaya masyarakat di Wilayah Patowonua dewasa ini, seperti terlihat dari keragaman suku bangsa yang ada di Wilayah Patowonua merupakan suatu penanda adanya sikap keterbukaan masyarakat setempat menerima orang luar bersama dengan budayanya. Selama ini, tidak ditemukan benturan sosial yang berarti baik antar kelompok-kelompok masyarakat setempat maupun dengan kelompok masyarakat pendatang. Kondisi ini, merupakan salah satu indikator yang dapat berpengaruh positif terhadap kemajuan pembangunan daerah di masa depan. Pertanyaannya sekarang: bagaimana memanfaatkan kondisi ini secara efektif dan efisien dalam pembangunan masyarakat Kolaka Utara yang maju dan berbudaya.  
Di negara Industri baru Korea Selatan muncul Teori W yang dikembangkan oleh Myon-Woo Lee. Teori ini menekankan bahwa pengembangan budaya teknologi dan industri khusus Korea Selatan, untuk mengantarkan negara ini menjadi salah satu adidaya ekonomi dunia. Ia menyarankan perlunya upaya mengoptimalkan penggunaan budaya, keunggulan geografis, karakteristik penduduk, sumber daya alam, dan kreativitas masyarakat dalam menjadikan Korea Selatan sebagai salah satu pusat ekonomi paling maju di dunia.
Ciri yang menjadi dasar kemajuan Korea Selatan jika dikaji dari unsur-unsur budaya masyarakat Patowonua dapat ditemukan beberapa persamaan. Budaya dari berbagai suku bangsa merupakan potensi besar memiliki unsur-unsur inovatif untuk memacu percepatan pembangunan daerah, penduduk yang memiliki latar belakang sosial budaya yang berbeda didukung oleh sikap toleransi yang tinggi merupakan modal besar untuk mewujudkan suatu perpaduan unsur-unsur budaya yang dapat melahirkan budaya besar seperti halnya yang terjadi di Mesir Kuno, dan Yunani Kuno. Sumber daya alam baik di darat dan di laut merupakan daya dukung yang cukup strategis didukung pula oleh adanya potensi untuk mengembangkan sikap kreativitas yang telah dimiliki oleh sebagaian individu dan kelompok masyarakat seperti ditunjukkan oleh para perajin dan petani dari berbagai komunitas yang ada.
Beberapa kendala kultural dalam Masyarakat Patowonua antara lain:
1.      Rendahnya disiplin dan ketaatan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.      Kreativitas masih rendah terutama dalam bidang IPTEK
3.      Kurang tegas dalam bersikap terhadap sesuatu sehingga sulit membedakan antara yang baik dan tidak baik, setuju dan tidak setuju.
4.      Fluralitas masyarakat Patowonua dalam sosial budaya (dialek bahasa dan adat-istiadat)
5.      Munculnya gejala penurunan sikap solidaritas sosial dalam kehidupan masyarakat.
6.      Menurunnya rasa percaya diri kepada orang lain.
Tantangan sosial budaya dalam bentuk pluralitas masyarakat Patowonua, tidak hanya berkaitan dengan budaya, tetapi juga dimensi sosial, politik dan ekonomi. Meskipun kesatuan social budaya telah terbentuk ratusan tahun, pluralitas masyarakat kurang dimanfaatkan sebagai potensi yang dapat didinamisasikan untuk memacu pembangunan. Kebijakan pembangunan selama ini termasuk pembangunan daerah justru terkesan menjadikan masyarakat yang majemuk menjadi suatu masyarakat yang mengarah pada bentuk uniformitas. Dampak dari kebijakan tersebut, adalah meningkatnya semangat egosentrisme.
Gejala ini terjadi karena masyarakat kurang begitu percaya pemimpin dari daerah lain akan dapat membawa kesejahteraan bagi diri dan daerahnya. Rasa saling tidak percaya ini, telah menjadi kendala yang serius dalam mewujudkan kesejahteraan yang didukung oleh manusia-manusia yang melek teknologi dan industry.

C.    Upaya Pemajuan dan Pengembangan Budaya Daerah
Dewasa ini upaya pemajuan kebudayaan dipandang sangat penting dalam rangka mempertahankan identitas budaya dan jati diri sebagai suatu etnis atau sub-etnis. Bagi masyarakat Patowonua sebagai suatu kelompok etnis yang memiliki sub-etnis wajib melestarikan dan mengembangkan budayanya sesuai UU No. 5 tahun 2017, yang bertujuan untuk:
1.      Mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa;
2.      Memperkaya keberagaman budaya;
3.      Memperteguh jati diri bangsa;
4.      Memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa;
5.      Mencerdaskan kehidupan bangsa;
6.      Meningkatkan citra bangsa;
7.      Mewujudkan masyarakat madani;
8.      Meningkatkan kesejahteraan rakyat;
9.      Melestarikan warisan budaya bangsa; dan
10.  Mempengaruhi arah perkembangan peradaban dunia, sehingga kebudayaan menjadi haluan pembangunan nasional.
Masyarakat Patowonua yang meliputi empat Mokole atau tersebar pada empat kelompok komunitas (Lelewawo, Waworuo/Latou, Kodeoha, dan Watunohu).  Keempat Mokole ini menyimpan peninggalan sejarah dan budaya dari jejak para leluhurnya. Jejak serjarah dan budaya tersebut dapat menjadi objek pemejuan kebudayaan sebagaimana amanah UU No. 5 tahun 2017, yang mengidentifikasi objek pemajuan kebudayaan meliputi:
a.       Tradisi lisan;
b.      Manuskrip;
c.       Adat istiadat;
d.      Ritus;
e.       Pengetahuan tradisional;
f.       Teknologi tradisional;
g.      Seni;
h.      Bahasa;
i.        Permainan rakyat; dan
j.        Olahraga tradisional.
Bagi Masyarakat Patowonua dapat diidentifikasi obyek pemajuan kebudayaan, meliptui: Adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, dan permainan rakyat.
1.      Adat istiadat, meliputi: adat perkawinan,  
2.      Ritus, meliputi: Mosehe Wonua, Pembukaan Lahan/pertanian, Upacara Pascapanen.
3.       
Description: Sejarah Mosehe Wonua [image source]
Gambar 1. Suasana Upacara Mosehe Wonua

4.      Pengetahuan tradisional, meliputi: Sistem perladangan, pertanian sawa, perkebunan coklat, pengetahuan astronomi, tanaman obat dan pengobatan tradisional.
Sukora adalah ilmu ramalan dukun dalam memberi diagnosis terhadap penderita penyakit untuk mengetahui berbagai hal tentang sipenderita (lihat gambar).





 















Gambar 2. Sukora
Keterangan:
1.      Tanda     +       Posisi Matahari
2.      Tanda           Posisi Bulan
3.      Tanda              Petunjuk Arah Perhitungan.
Seorang penderita yang mulai jatuh sakit pada terbit bulan di langit:
1.      1, 10, 19, 28    Simbolnya adalah Akoi (Ino’akoi) artinya cara pengobatannya adalah dengan upacara sesajen pada roh halus, jin dan setan yang diduga mengganggunya sehingga yang bersangkutan jatuh sakit.
2.      2, 11, 20, 29    Simbolnya adalah Pepeowai artinya cara pengobatannya harus kepada Dukun.
3.      3, 12, 21, 30    Simbolnya adalah Elengua artinya penyakit sipenderita akan semakin bertambah parah kemungkinan tidak tertolong.
4.      4, 13, 22          Simbolnya adalah Kedadoha artinya sipenderita akan semakin parah akibat ada tambahan penyakit lain.
5.      5, 14, 23          Simbolnya adalah Waraka artinya sipenderita akan segera sembuh dari penyakit.
6.      6, 15, 24          Simbolnya adalah Gaugaura artinya sihir orang        .
7.      7, 16, 25          Simbolnya adalah Mondudali artinya kesetanan.
8.      8, 17, 26          Simbolnya adalah Rarambate artinya penyakit tidak terlalu parah hanya saja sipenderita terlalu manja.
9.      9, 18, 27          Simbolnya adalah Bara’asala artinya menginjak sihir secara tidak sengaja yang disimpan seseorang untuk orang lain (Al-Ashur, 2000).

Bilangari biasanya terbuat dari lempengan kayu tipis berukuran kecil yang khusus dibuat, di dalamnya terdapat 35 kotak kecil berukuran sama yang pembuatannya dengan cara digores menggunakan ujung pisau yang tajam. Semua kotak yang tersedia, ada yang berisi gambar, dan ada pula yang kosong, masing-masing mempunyai arti sendiri-sendiri. Kegunaannya adalah pedoman untuk menentukan hari/jam yang baik untuk bepergian, perang, pindah rumah, berburu, mencari orang yang hilang dan menagih piutang.

    


                                        
                                                    Gambar 3. Bilangari










Gambar  3.  Bilangari Model B (Umum)
Keterangan:
Bilangari jenis ini digunakan semua aliran sebagai kalender harian dalam seminggu selama 12 jam sehari, dengan penjelasan sebagai berikut:
1: Jum’at,      2: Sabtu,       3: Ahad,     4: Senin          5: Selasa          6: Rabu            7: Kamis
Lima jenis gambar/lambang, masing-masing berarti:

1.      Lambang                Kosong/bersih
2.      Lambang                Berisi
3.      Lambang        +      Hidup/Umur Panjang
4.      Lambang                Mayat
5.      Lambang        =      Pulang Pokok

Terdapat 12 Jam dalam sehari yang dipedomani (khusus pagi sampai dengan sore hari), yaitu:
A.    Jam 06.00-08.00
B.     Jam 08.01-11.00
C.     Jam 11.01-12.59
D.    Jam 13.00-15.00
E.     Jam 15.01-18.00 (Tarimana, 1985; Al-Ashur, 2000).

k.      Teknologi tradisional, meliputi: pengolahan sagu, pengolahan sawa, pembuatan perahu, pembuatan alat tangkap ikan (pancing, bubu, jarring/pukat), pembuatan atap, pembuatan wadah dari kayu yang berukir (Topi dan Soronga).





Description: C:\Users\lenovo\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG_20191011_102553.jpgDescription: tanaman sagu














                                      


Description: C:\Users\lenovo\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG_20191011_102824.jpg





Text Box: Gambar 6. Bubu sebagai alat penangkapan ikan di Sungai dan di Rawa (Tersimpan di Museum, Dokumentasi Penulis, 11 Oktober 2019)
Text Box: Gambar 7. Tombak sebagai alat penangkapan ikan di Sungai, di Rawa dan Laut Dangkal (Tersimpan di Museum, Dokumentasi Penulis, 11 Oktober 2019)

Description: C:\Users\lenovo\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG_20191011_102421.jpg




























Text Box: Gambar 8. Peralatan dan Sistem Pengolahan Padi Menjadi Beras (Tersimpan di Museum, Dokumentasi Penulis, 11 Oktober 2019)
Description: C:\Users\lenovo\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG_20191011_102624.jpg
















Description: D:\Anwar\FASILITASI SEJARAH 2018\FOTO KOLUT-TOJABI\20180711_141012.jpgDescription: D:\Anwar\FASILITASI SEJARAH 2018\FOTO KOLUT-TOJABI\20180711_140045.jpg                       














Text Box: Gambar 9.Tombak Tolaki (Koleksi Hafid, dkk, 2018)


Text Box: Gambar 10. Parang Tolaki (Koleksi Hafid, dkk, 2018)

 




Description: E:\sejarah patowonua\foto documentasi\IMG_20180514_223918.jpgSenjata tradisional Masyarakat Patowonua yang paling utama adala ta’awu (parang panjang), kanta (perisai/ penangkis senjata), karada (tombak), kasai (tombak berkait). Alat-alat senjata ini khusus dipakai oleh kaum pria. Senjata untuk kaum wanita adalah o piso (pisau). Adapun keris juga dipakai untuk senjata, tetapi alat ini bukan hasil memandai masyarakat Patowonua. Mereka membelinya dari luar masyarakat Patowonua.















Text Box: Gambar 11. Parang Taawu yang Digunakan Masyarakat Lelewawo (Koleksi Hafid dkk, 2018)
Text Box: Gambar 12. Pedang Tomenkoka dengan Rambut Manusia pada Gagangnya (Sarasin, 1905)





Text Box: Gambar 13. Prajurit Tomenkoka/ Tomekongga: Jaket Lapis Baja Tenunan, Celana Buginesia, Helm Dikepang Terbut dari Rotan, Perisai dari Rotan, dan Tombak berasal dari Danau Matana (Sarasin, 1905)
Text Box: Gambar 14. Prajurit Tokea memegang pedang di tangan kanan, tombak di tangan kiri  (Sarasin, 1905)

 




 


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 








 

























Text Box: Gambar 15. Tombak dari Tokea (Sarasin, 1905)
Text Box: Gambar 16. Gelas Tolaki terbuat dari Batok Kelapa dan Kaki dari Anyaman Bambu (Sumber: Sarasin, 1905)




Text Box: Gambar 17. Obasu (Reproduksi Syahlan Amijaya,      S. Pd, M. Pd, 9 September 2019)


 






Description: Basung






















Description: BakulDescription: Nyiru

















SENI, MELIPUTI: SENI SUARA, SENI TARI, SENI UKIR









Description: D:\Anwar\FASILITASI SEJARAH 2018\FOTO KOLUT-TOJABI\20180711_105629.jpg


Text Box: Gambar 20 Topi Terbuat dari Kayu Tampak Atas (Hafid dkk, 2018)
Text Box: Gambar 21. Keramik Peninggalan Mokole Lelewawo (Hafid dkk, 2018)
Description: D:\Anwar\FASILITASI SEJARAH 2018\FOTO KOLUT-TOJABI\20180711_153404.jpg


















Description: C:\Users\E202S\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG_20190412_171908.jpgDescription: D:\Anwar\FASILITASI SEJARAH 2018\PENELITIAN KOLAKA UTARA\CIMG6034.JPG


















Text Box: Gambar 23. Benda Berupa Cincin terbuat dari Besi dan Kuningan diambil dari Gua (Koleksi Pribadi Muhdar, S. Pd dalam Hafid dkk, 2018)

Text Box: Gambar 22. Wadah Tempat Sirih-Pinang dan tempat Kapur (Koleksi Pribadi Hj. Sitti Haeriyah dalam Hafid dkk, 2018)
 




















Text Box: Gambar 24. Lesung dan Alu (Reproduksi Syahlan Amijaya, S. Pd, M. Pd, 9 September 2019)



Description: C:\Users\Ahmadapril\Pictures\patowonua\selendang 5 meter.jpg


Description: C:\Users\Ahmadapril\Pictures\patowonua\pakaian raja.jpg









Text Box: Gambar 29. Kelompok Kesenian Suling Bambu SDN Motaha (Dokumentasi Penulis,  5 Oktober September 2019)
Description: Lesung



























Description: C:\Users\lenovo\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG_20191011_101326.jpgDescription: C:\Users\lenovo\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG_20191011_101501.jpg




















Description: C:\Users\lenovo\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\IMG_20191012_130042.jpg





















HASA, meliputi: Bahasa Tolaki (Dialek Rahambuu, Bahasa Tolaki Dialek Kodeoha)

Sebagai evidensi kekeluargaan rumpun bahasa Tolaki, maka berikut diberikan contoh beberapa perbandingan kata:
Tabel 1
Perbandingan Bahasa Melayu/Indonesia dengan Rumpun Bahasa Tolaki
No
Bahasa Melayu/ Indonesia
Bahasa Tolaki/ Konawe
Bahasa Tolaki/ Mekongga
Bahasa Tolaki/ Kodeoha
Bahasa Tolaki  /Rahambuu
1
2
3
4
5
Lalat
Kutu
Asu
Ikan
Kerbau
O’lale
O’kutu
O’dahu
O’ika
Kiniku
Lale
Timo
Dahu
Wete
Karambau
O lale
O kutu
O dahu
O wete
Karabau
O kake
O kutu
O ahu
O wete
Karambau
6
7
8
9
10
Pisang
Pepaya
Mangga
Asam
Pinang
O’pundi
Kapaya
Taipa
Sambalu
Inea
Pundi
Kappaea
Taipa
Sambalaki
O wua
O pudi
Kaliki
Taipa
Posukai
Niwule
O pundi
Kaliki
Taipa
Po’oloi
Niwule
11
12
13
14
15
Menahan
Memukul
Memikul
Mendorong
Menjunjung
Mo-ndaha
Molanggu
Morongo
Mebusu
Moso’u
Mondaa
Mowanggu
Molemba
Mesoro
Mosou
Modaha/Patahae
Mosaga/Meposaga
Moleba
Mosoro/busuge
Mosou
Mondaa
Molanggu
Mombooha
Mesuru
Mondanggeulu
16
17
18
19
20
Makan
Minum
Lari
Duduk
Tidur
Mongga
Mo-inu
Loloya
Mererehu
Moiso
Monggaa
Moinu
Molasu
Mendotoro
Moturu
Moga’
Moinu
Molasu/Lumoloiya
Medotoro
Moiso
Mongga
Moinu
Lumoloija
Kototoro
Moturu
21
22
23
24
25
Manis
Pahit
Asin
Asam
Tawar
Momami
Mopahi
Mopa’i
Mosilu
Motewe
Mesiu
Mopai
Moahi
Mosilu
Motewe
Mesiu
Mopai
Mopege
Mosuka
Motewe
Misiu
Mopai
Moahi
Mosilu
Motewe
Sumber Wawancara: Asmuddin (Konawe), Munaser Arifin (Mekongga), Hasrianda (Kodeoha), dan Hanise (Lelewawo)



Tabel 2
Persebaran Bahasa Bungku Tolaku, Rumpun, Sub-Rumpun, dan Dialek
KETURUNAN
FAMILI
SUBFAMILI
BAHASA/DIALEK
BUNGKU TOLAKI STOCK
BUNGKU FAMILI
1.      MORONENE
a.       Moronene
b.      Tokotu’a

Kulisusu Subfamili
2.      TALOKI
3.      KULISUSU
4.      KORONI

5.      WAWONII
a.       Wawonii
b.      Menui
6.      BUNGKU
a.       Landawe
b.      Tulambatu
c.       Waia
d.      Torete
e.       Bungku
f.       Routa
MORI FAMILI
7.      BAHONSUAI

Mori subfamily
8.      MORI BAWAH
Rangkaian Dialek
9.      PADOE
10.  MORI ATAS
Rangkain Dialek

11.  TOMADINO
TOLAKI FAMILI
Tolaki Subfamili
12.  WARU
a.       Waru
b.      Lalomerui
13.  TOLAKI
a.       Asera
b.      Wiwirano
c.       Konawe
d.      Mekongga
Dialek Chain
e.       Laiwui
14.  RAHAMBUU

15.  KODEOHA
Sumber: Mead 1999



PERMAINAN RAKYAT, meliputi: (1) permainan menangkap binatang liar, (2) permainan ketangkasan fisik, (3) permainan keseimbangan badan, (4) permainan otot, (5) permainan otak.

PERMAINAN MENANGKAP BINATANG LIAR
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisd0nL58xW2rlYp-3dZuPPOK5ixQbaf0gMuyR-93KdVbyMTWoFq7N9jMRbtXwkIFmPiQPBmC_aIh8tqacYyBOXOdvSX8sk7E3J6ioTWqDb3QzkQk5AZq8mHG-Z503CaogDpRRLGn9rESk/s1600/Memasang+jerat+6.JPGDescription: Gambar terkait











Gambar 30.Berburu Rusa Menggunakan Kuda     Gambar 31. Memasang Jerat untuk Menangkap Ayam
Hutan/Burung

Description: Gambar terkaitDescription: Hasil gambar untuk jerat ayam hutan









                Gambar 32. Majjaba   
                                                                                               Gambar 33.     Mappije


PERMAINAN KETANGKASAN FISIK:
Description: C:\Users\user\Downloads\crop_single_pic_1551657921784.jpgDescription: Hasil gambar untuk maccuke











Osuke                                                                 Maggale

Description: Hasil gambar untuk massalo permainanDescription: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/2/23/Mallogo.jpg









Mallogo                                                              Massallo
Description: Hasil gambar untuk bermain layang layangDescription: C:\Users\user\Downloads\crop_single_pic_1552342853765.jpg










Mappasajang                                                 Mebangnga



Description: C:\Users\user\Downloads\crop_single_pic_1552347274199.jpg

Description: C:\Users\user\Downloads\crop_single_pic_1552347381676.jpg








Maggecci                                            Mappolo Becceng
Description: C:\Users\user\Downloads\crop_single_pic_1552347495203.jpgDescription: Hasil gambar untuk permainan gatheng








Massantok                                                    Maggunrece
Description: Hasil gambar untuk anak berenang di sungaiDescription: Hasil gambar untuk permainan petak umpet bugis










Maccobbu/Mahhenggong                                                  Nange
Description: Hasil gambar untuk menyelam di sungaiDescription: C:\Users\user\Downloads\012344100_1500819671-20170723-hari_anak-permainan_tradisional2-medan.jpg










Mabbaguli                                         Mpellung ri Saloe/Tasie
PERMAINAN KESEIMBANGAN TUBUH
Description: Gambar terkaitDescription: Gambar terkait










Marraga/Maddaga                                                Maggasing
Description: Gambar terkaitDescription: Hasil gambar untuk jangkungan










Mallonggak/Maddonggak                                           Majjekaa

PERMAINAN OTOT

Description: Hasil gambar untuk pacuan kuda bugisDescription: Hasil gambar untuk permainan tradisional kengkeng









Maddanda                                                       Pacuan Kuda










Description: C:\Users\user\Downloads\crop_single_pic_1552399930730.jpgDescription: Gambar terkait









Massempe                                      Mallanca

Description: Hasil gambar untuk mengadu kerbauDescription: Gambar terkait









Mammenca                                                    Mappatumpu Tedong


PERMAINAN OTAK
Description: Hasil gambar untuk maggaleceng











Maggalaceng





E.  Penutup
Keberadaan kelomok-kellompok masyarakat di wiilayah Kolaka Utara sejak adanya kativitas manusia di wilayah ini yang dibuktikan peninggalan materian dan nonmaterial merupakan fakta kepada generasi sekarang untuk dapat menggali, melesatarikan dan mengembangkan unsur budaya yang memiluki nilai positif. Keberadaan mereka berdasarkan fakta yang diperoleh telah cuku tua, namun masih perlu ditelusuri lebih jauh melalui kajian artepak terutama tinggal-tinggal yang ada dalam gua bersejarah yang bertebaran di wilayah Kolaka Utara ini.
Perjalanan sejarahnya sejak terbentuknya kelompok-kelompok masyarakat yang ada di Patowonua ini, kemudian datangnya gelombang migrasi selanjutnya pada zaman kerajaan-kerajaan tradisional, sampai dengan era kemerdekaan yang semakin meningkatkan arus imigrasi di Kolaka Utara, justru semakin memperkaya dan menumbuh-kembangkan hubungan kekerabatan yang terjalin melalui perkawinan, dan tidak meninggalkan data tentang adanya gesekan yang berarti antar etnik yang ada. Kenyataan itu terjadi, karena adanya benang merah yang darikt/dipintal dari kelompok-kelompok etnik yang ada, sehingga membentuk rumpun yang memiliki pertalian darah dan perkawinan sehingga merupakan suatu jalinan etnis besar.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. dkk. 1999. Membangun Masyarakat Madani Menuju Indonesia Baru Milenium ke-3. Yogyakarta: Aditya Media.
Capra, F. 1998. Titik Balik Peradaban: Sains, Masyarakat dan Kebangkitan Kebudayaan. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Dryden, G dan Vos, J. 2000. Revolusi Cara Belajar: The Learning Revolution. Bandung: Kaifa.
Hafid, Anwar; Sulaeman, Abdul Rauf; Ahmad;  Hasan, Hasni. 2019.  Kajian Pengembangan Kebudayaan di Kabupaten Bombana. Laporan Penelitian  Kerjasama  Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Halu Oleo Dengan Pemerintah Kabupaten Bombana.
Naisbitt, J. 1997. Megantrends Asia: Delapan Megantren Asia yang Mengubah Dunia. Jakarta: Gramedia.
Sudjana, D. 2000.  Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production.
Tarimana, A. 1989. “Budaya Kepemimpinan Tolaki dan Sumbangannya terhadap Pembangunan Desa (Gersamata) di Sulawesi Tenggara”. Makalah disampaikan dalam Seminar tentang Kepemimpinan Menurut Budaya Sulawesi Tenggara dan Kaitannya dengan Pembangunan Daerah/Nasional. Kendari: FISIP-Unsultra, 23 November 1989.  
Tilaar, H.A.R. 1999a. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani.  Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tilaar, H.A.R. 1999b. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21.  Magelang: Indonesia Tera.
Toynbee, A.J. 196. A Study of History. London: Oxpord University Press.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017. Tentang Pemajuan Kebudayaan. Jakarta: Sekretariat Negara RI.
Wertheim, W.F. 1999. Masyarakat Indonesia dalam Transisi: Studi Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacara.








PELESTARIAN SEJARAH DAN BUDAYA
DI KABUPATEN  KOLAKA UTARA




Description: Image result for budaya tolaki




Oleh:
Prof. Dr. H. Anwar Hafid, M. Pd.
Ketu Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI)
Cabang Sulawesi Tenggara/Guru Besar pada Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Halu Oleo



Makalah
Disajikan pada Seminar Adat Budaya Mokole Kolaka Utara Tahun 2019 yang dilaksanakan pada Hari Kamis, 24 Oktober 2019 di Gedung IslamicCenter Lasusua




PANTIA SEMINAR
ADAT BUDAYA MOKOLE KOLAKA UTARA
LASUSUA
2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar